Gunungdi sisi barat Jawa kini diberi nama Gunung Pananggungan, sedangkan yang di sisi timur Jawa bernama Semeru atau Mahameru. Asal-usul nama Mahameru ini konon berasal dari bahasa sanskerta "Meru Agung". Meru berarti pusat dari alam semesta, baik secara fisik maupun spiritual. Sedangkan Agung berarti sangat besar, atau bisa juga diartikan
Asalusul gunung bromo b. Fabel, sage, legenda, mite, epos, dan cerita jenaka. 19.10 bahasa jawa, cerita bahasa jawa, cerita lucu bahasa jawa no comments. Daftar isi buku cerita rakyat asal mula. (1) gunung bromo salah sawijining obyek wisata ing jawa timur sing nengsemake para wisatawan dhomestik lan wisatawan saka manca negara. Banjur
Watusinga menjadi daya tarik tersendiri di kawasan wisata gunung Bromo. Awal mula terkenalnya watu singa ini karena menjadi tempat syuting film pada tahun 2001. d. Wisata Pura Luhur Poten. Di sekitar wisata gunung Bromo, memang masyarakatnya terkenal banyak menganut agama Hindu. Terutama untuk suku aslinya yakni suku Tengger.
LAUTANPASIR BROMO Tiket & Aktivitas - Agustus 2022. Harga Tiket Masuk Lautan Pasir Bromo : Rp29.000 - Rp34.000 Jam Buka: 24 Jam No Telp: (0341) 491828 Alamat: Cemorolawang, Ngadisari, Sukapura, Probolinggo, Jawa Timur, Indonesia, 67254. Lautan Pasir Bromo merupakan salah satu destinasi wisata populer di Probolinggo, Jawa Timur.
Vay Tiền Trả Góp 24 Tháng.
Berbicara mengenai Gunung Bromo, hal pertama yang terlintas adalah destinasi wisata yang menarik dengan keindahan panorama alam yang eksotis. Namun, tahukah Anda cerita sejarah di balik legenda Gunung Bromo?Sebagai salah satu satu sastra lisan, legenda mengenai Gunung Bromo ini memiliki beberapa versi. Nah, untuk mengetahui cerita tentang asal mula Gunung Bromo, berikut ini penjelasan selengkapnyaLegenda atau Mitos yang Beredar di Gunung BromoSebelum membahas mengenai legenda Bromo, Anda harus mengetahui pengertian legenda terlebih dahulu. Legenda berasal dari kata legere yang dalam bahasa Latin memiliki makna cerita rakyat yang mengisahkan tokoh dan peristiwa di suatu tempat tertentu berdasarkan fakta historis dan itu, legenda dalam terjemahan bahasa Inggris sering disebut dengan history yang berarti sejarah. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, pengertian legenda merujuk pada cerita rakyat yang berkaitan dengan peristiwa terjadinya suatu Legenda Gunung BromoNama Tengger dan BromoLegenda Gunung Bromo berasal dari Provinsi Jawa Timur dan berkaitan erat terjadinya Gunung Batok yang berkaitan erat dengan kepercayaan suku Tengger. Nama Tengger sendiri berasal dari kata “Teng” yang diambil dari nama akhiran Rara Anteng dan “Ger” diambil dari nama akhiran Joko Bromo diambil dari kata “Brahma” yang menurut kepercayaan umat Hindu memiliki makna Dewa Utama. Karena letaknya di Jawa, maka penduduk setempat menyebutnya dengan sebutan Bromo sesuai pelafalan dalam bahasa Mula LegendaLegenda Gunung Bromo singkat yaitu berawal ketika Kerajaan Majapahit diserang oleh musuh-musuhnya. Hal ini membuat penduduk pribumi yang tinggal di lingkungan kerajaan tersingkir, sehingga mereka kebingungan mencari tempat akhirnya mereka tercerai-berai dan terpisah ke 2 tempat yang berbeda yaitu Gunung Bromo dan Pulau Bali. Hal inilah yang mendasari adanya persamaan di kedua tempat ini yaitu mayoritas penduduknya yang memeluk agama cerita rakyat suku Tengger yang tinggal di sekitar Bromo, mereka mempercayai adanya sejarah Gunung Bromo yang diwariskan secara turun-temurun dari nenek moyang. Cerita mengenai legenda Gunung Bromo ini berawal kisah istri seorang hari, istri Brahmana ini melahirkan seorang putra yang diberi nama Joko Seger karena perawakannya yang segar bugar dan tangisannya yang lantang. Sementara itu, di sebuah tempat yang terletak di Gunung Pananjakan, lahir pula seorang bayi perempuan titisan bayi perempuan itu sangatlah elok. Berbeda dari bayi pada umumnya, bayi perempuan ini tidak menangis dan terlihat begitu tenang. Oleh karena itu, kedua orang tua bayi perempuan tersebut memberikan nama Rara Rara AntengHari demi hari, bayi perempuan ini tumbuh menjadi seorang gadis remaja. Karena kecantikannya inilah, nama Rara Anteng menjadi masyhur sampai ke berbagai pelosok negeri. Tersiarnya kabar tentang Rara Anteng ini membuat banyak putera raja ingin banyaknya putera raja yang hendak melamar, semua pinangan ditolak oleh Rara Anteng karena hatinya telah terpikat pada sosok pemuda rupawan yaitu Joko Seger. Pada suatu hari, datanglah seorang bajak yang terkenal akan kesaktian dan kekuatannya hendak melamar Rara tersebut terkenal bengis dan jahat, sehingga membuat Rara Anteng takut untuk menolak pinangannya. Kemudian Rara Anteng merancang sebuah rencana untuk menggagalkan pinangan sang bajak, dengan mengajukan permintaan untuk dibuatkan lautan di tengah gunung dalam satu Anteng berpikir bahwa dengan permintaannya yang aneh dan sulit ini, sang bajak tidak akan sanggup mengabulkannya. Sang bajak sakti tersebut menyanggupi permintaan Rara Anteng dan mulai membuat lautan saat matahari mulai kesaktiannya, ia bisa membuat lautan di tengah gunung dengan menggunakan alat berupa batok kelapa. Melihat hal tersebut, Rara Anteng mulai gelisah dan berencana menggagalkan pekerjaan sang bajak sakti Rara AntengSingkat cerita, di tengah malam tersebut Rara Anteng mulai menumbuk padi yang membuat ayam-ayam terbangun dan berkokok. Mendengar ayam-ayam yang berkokok, sang bajak merasa kesal dan marah karena tidak berhasil menyelesaikan pekerjaannya dengan tepat kemudian melempar batok kelapa tersebut dan jatuh dalam posisi telungkup tepat di samping Gunung Bromo. Batok kelapa tersebut akhirnya berubah menjadi gunung yang sampai saat ini dikenal dengan sebutan Gunung Anteng dan Joko Seger akhirnya memutuskan menikah dan menguasai sebuah gunung berapi yang diberi nama Tengger. Karena tidak kunjung dikaruniai anak, mereka memutuskan untuk berdoa dan memohon kepada mereka dikabulkan dengan syarat bahwa anak terakhir harus dikorbankan sebagai imbalan bagi Dewa. Singkat cerita, anak terakhir Rara Anteng dan Joko Seger yang bernama Kesuma akhirnya ditelan ke dalam kawah gunung sebagai persembahan para karena itu, setiap tanggal 14 Kasada yaitu bulan ke-12 menurut kalender suku Tengger, masyarakat Tengger dari generasi ke generasi selalu mengadakan upacara persembahan bagi para dewa sesuai nasihat Mitos Seputar Gunung BromoMitos mengenai Gunung Bromo ini sudah dipercaya secara turun-temurun oleh masyarakat setempat. Bahkan tidak hanya masyarakat di sekitar Bromo saja, masyarakat di luar daerah tersebut juga mempercayainya. Berikut ini beberapa mitos-mitos seputar Gunung Bromo1 Pasir HisapMitos pertama tentang Gunung Bromo yaitu adanya pasir hisap berbahaya yang terdapat di samping padang savana. Keindahan alam hamparan rumput savana yang hijau rupanya menyimpan misteri tersendiri, dimana Anda harus selalu waspada dan berhati-hati dengan keberadaan pasir hisap Pusaka DewaSelain pasir hisap, Gunung Bromo juga menyimpan mitos tentang adanya pusaka dewa di sekitar kawasan tersebut. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, pusaka ini merupakan peninggalan dewa-dewa pada masa Kerajaan percaya bahwa pusaka milik dewa-dewa ini tersimpan rapi di dalam kawasan gunung. Hal ini juga mengingatkan bahwa setiap orang yang berkunjung ke sini harus sopan dan menjaga perilaku, serta ucapannya sebagai wujud rasa hormat terhadap keberadaan penjaga Gunung Istana GaibSebagai salah satu gunung yang dianggap suci, masyarakat setempat juga mempercayai mitos tentang keberadaan istana gaib. Konon, istana tak kasat mata yang dibangun oleh Ki Bromo ini memiliki 18 saat ini, setiap Gunung Bromo mengalami erupsi, masyarakat Bromo akan memberikan sesajen berupa palawija. Masyarakat setempat percaya bahwa erupsi tersebut terjadi karena Ki Bromo sedang melanjutkan proses pembangunan istana gaib 18 Akar GaibBerdasarkan cerita orang-orang pintar’, Gunung Bromo menyimpan misteri seputar akar gaib yang ditemukan di kawasan gunung ini tepatnya di kawah pasir. Mereka percaya bahwa keberadaan akar gaib ini dapat melindungi kawasan Bromo dari hal-hal setempat juga mempercayai bahwa mereka yang datang ke gunung ini dengan niat buruk, maka akan dibuat tersesat oleh akar gaib ini. Meskipun terdengar tidak masuk akal, Anda tetap harus menghargai keberadaan mitos tersebut sebagai bentuk rasa hormat terhadap kearifan memahami mengenai sejarah dan legenda Gunung Bromo, apakah Anda semakin tertarik untuk mengunjunginya? Meski banyaknya mitos yang berkembang seputar Gunung Bromo, hal ini rupanya tidak menyurutkan minat wisatawan gunung bromo untuk datang dan menikmati keindahan alamnya.
Kawah Bromo mengepulkan asap putih, berdampingan dengan Gunung Batok, berlatar Gunung Semeru merupakan pemandangan umum yang diambil dari Gunung Pananjakan. Dari trek ini pula, Martolo 62th, warga Dusun Wonosari, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, mencari rumput siang itu. Dari jauhan, tampak kawah Bromo, puncak Gunung Bromo, mengeluarkan asap tebal, berwarna kelabu. “Bromo “belum sehat”, wisata dialihkan. Tapi kami aman,” kata Martolo. Ia dan masyarakat yang bermukim di sekitar Bromo sudah terbiasa dengan aktivitas Bromo. Menurut kepercayaan Suku Tengger, ketika Bromo sedang erupsi takkan melukai. Bromo sedang “bekerja”, melakukan sesuatu di bawah sana, sehingga wajar bila mengeluarkan material berupa abu vulkanik yang akan dibagi rata ke segala penjuru mata angin. Siang itu, 11 Januari 2015, ke arah barat. Lain hari akan ke barat daya dan arah lain sebagaimana Bromo yang berbagi “berkat” dengan merata. Abu vulkanik bagi Suku Tengger merupakan berkat bingkisan dari Bromo untuk menyuburkan tanah di sekitarnya. “Saya menanam kentang, ya semuanya rusak. Tapi masih ada bawang daun yang ditanam di sela-sela kentang, masih bisa dipanen,” tambah Martolo. Ada 3 jenis sayuran yang ditanam di masyarakat sekitar Bromo yaitu kentang, kubis, dan bawang daun. Saat abu vulkanik mengguyur tanah pertanian, hanya bawang daun yang masih bisa dipanen, lainnya tertimbun abu dan mati. Bawang daun tidak menampung abu karena bentuk daunnya yang runcing dan licin, sehingga abu turun ke bawah. Begitulah, ada kepercayaan bila Bromo “sedang bekerja”, tidak boleh diganggu. Menurut Martolo, tak perlu mengeluh. Masih ada yang tetap bisa dilakukan seperti biasa. “Biasanya juga melakukan sesaji, untuk mengirim doa keselamatan pada leluhur,” kata Martolo. Sesaji ini dilakukan bila Bromo erupsi, bertujuan untuk mendoakan para leluhur dan memohon keselamatan bagi penduduk. Sesaji ini dikirim untuk persembahan kepada Bromo agar lebih tenang. Kepercayaan masyarakat Bromo terhadapap gunungapi sama halnya dengan kepercayaan masyarakat Jawa pada masa lampau, bahwa gunungapi merupakan kekuatan. Hubungan religius antara masyarakat, kkhusunya suku Tengger dengan gunung api sudah terjalin sejak zaman kuno. Bahkan menurut Denys Lombard dalam buku Nusa Jawa Silang Budaya 1996, pemujaan terhadap gunung api ini jauh sebelum pengaruh Hindu-Buddha masuk ke Jawa. Hubungan itu terus terjalin, hingga kejayaan Kerajaan Majapahit. Legenda masyarakat Tengger yang percaya sebagai leluhur mereka dari Rara Anteng dan Jaka Seger dari Majapahit masih melestarikan ritual tersebut yakni dengan upacara Kasada. Upacara ini menjadi daya tarik para wisatawan untuk datang pada tanggal 14 bulan ke-10 kalender Jawa. Merupakan ritual Hindu Tengger yang berpusat di sekeliling Gunungapi Bromo. Puncak dari acara dengan melempatkan hasil bumi sebagai persembahan ke kawah Gunung Bromo. Bila terjadi erupsi seperti sekarang, wisatawan pun masih bisa datang untuk menyaksikan erupsi Bromo. Memang tidak boleh mendekati ke lautan pasir, apalagi ke kawah. Jarak aman radius 2,5km dari kawah. Gunung Penanjakan merupakan salah satu alternatif untuk menikmati Bromo, menikmati matahari terbit, dan juga melihat view Bromo. View matahari terbit merupakan daya tarik Bromo sejak masa silam. Sebagaimana dicatat oleh James R. Rush dalam buku Jawa Tempoe Doelo, 650 Tahun Bertemu Dunia Barat Komunitas Bambu, 2013, John Whitehead, ornitholog yang melakukan pendakian ke Bromo pada tahun 1880-an demi memburu pemandangan matahari terbit “merah darah”. “Saya tadi pagi ke sana. Sebelum matahari terbit. Menakjubkan,” kata Silvi, salah satu wisawatan dari Italia yang datang ke Bromo akhir Desember 2015. Ia bersama kawannya, Martha datang untuk mengunjungi Bromo, Ijen, dan kemudian ke Pulau Bali. Erupsi tidak terdaftar dalam perjalananan. Tetapi itu menjadi kejutan yang menyenangkan. Dengan mata berbinar penuh ketakjuban ia mengagumi erupsi Bromo, sebuah aktivitas berbahaya yang bisa disaksikan di depan mata. Berlama-lama ia menyaksikan erupsi ini dari depan hotel yang menghadap view Bromo. !break!Panorama desa yang tak jauh dari Kaldera Bromo. Tanah-tanah pertanian yang awalnya hijau dengan aneka sayuran sekarang berubah menjadi kelabu karena tertutup abu vulkanik akibat letusan Gunung Bromo. Titik Kartitiani Daya tarik Bromo yang tak ada di tempat lain adalah adanya kawah di tengah kawah. Ketika naik ke puncak dengan ketinggian mdpl, maka akan terlihat kawah selebar 100km dengan bagian tengah masih mengepulkan asap sebagai kawah yang aktif. Puncak Bromo ini terdapat di kawasan Kaldera Tengger yang memuat 5 gunung, yaitu Gunung Mungal Gunung Batok Gunung Widodaren Gunung Iderider mdpl, dan Gunung Bromo itu sendiri. Masing-masing kisah pembentukannya merupakan kisah geologi yang menarik untuk dicermati. Komplek Kaldera Tengger selebar 16km ini diperkirakan dibentuk secara bertahap, sekitar 2 juta tahun silam, erah zaman Pleistosen akhir dan Holosen awal. Rekam Jejak Aktivitas Bromo Menurut pantauan Pos Pengamatan Gunungapi Bromo di Dukuh Cermoro Lawang, Desa Ngadisari, aktvitas Bromo terekam mulai meningkat pada Bulan Oktober 2015. Kemudian ditetapkan Siaga pada tanggal 4 Desember 2015 hingga kini. Menurut M. Syafei, pengamat di Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi PVMBG, Bromo, tidak bisa dipastikan sampai berapa lama aktivitas Bromo berlangsung. Terakhir terpantau erupsi Bromo pada tahun 2010. Erupsi berlangsung selama 7 bulan. Dalam ingatan Martolo, letusan besar sampai ia mengungsi, terjadi pada tahun 1980-1982, karena terjadi lemparan batu. Badan Geologi mencatat bahwa letusan-letusan kecil yang menjadi puncak aktivitas Bromo pada 21 Juni 1980 sebanyak 2-3 kali letusan per menit. Letusan besar terjadi 2-3 menit menyemburkan abu, pasir, dan bongkahan lava dengan garis tengah sampai 1-1,7m. Bongkahan ini menyebar di sekitar bibir kawah bagian luar, sedangkan penyebaran abu ke arah barat laut sejauh lebih kurang 5km di daerah Tosari. Lemparan material berdiameter 10-25cm mencapai jarak di kaki Gunung Batok. Tercatata juga, pada tanggal 11-14 Juli, terjadi peningkatan lagi berupa semburan asap berwarna hitam dengan ketinggian mencapai di atas kawah, menyebabkan hujan abu di Ngadisari yang jaraknya 5km. Peristiwa inilah yang menyebabkan Martolo dan warga desa sempat mengungsi. Sedangkan erupsi terakhir pada tahun 2010-2011 tidak sampai mengungsi, walau gemuruh terdengar lebih keras dari sekarang. Juga hujan abu vulkanik lebih tebal. Tanggal 23 November 2010 ditetapkan di level III Siaga. Pada sore harinya, pukul WIB dinaikkan menjadi level IV awas ketika terjadi letusan lebih besar dengan ketinggan asap 400-800m. Erupsi pada periode ini mencapai 7 bulan, sampai aktvitas Bromo normal kembali. Bila kondisi normal, tinggi asap antara 50-100m dari kawah dan berwarna putih. PROMOTED CONTENT Video Pilihan
17/10/2020Dikisahkan pada suatu ketika seorang Raja Majapahit meninggalkan negerinya dan membangun sebuah dusun di lereng Gunung Bromo bersama beberapa orang pengikutnya yang setia, setelah kalah berperang melawan putranya sendiri. Di tempat tinggalnya yang baru itu istri sang raja kemudian melahirkan seorang bayi perempuan. Buah hati yang mereka nanti-nantikan itu lahir ke dunia di tengah malam buta. Namun berbeda dengan bayi lainnya, sang buah hati tidak menangis ketika dilahirkan. Sang istri sempat risau, tetapi mantan Raja Majapahit menenangkannya. "Jangan khawatir, Dinda!" kata mantan Raja Majapahit pada istrinya. "Putri kita ini lahir dengan keadaan sehat badannya, tidak kurang sesuatu apapun. Wajah putri kita juga tampak bersinar bagaikan seorang titisan dewi,” ujarnya kemudian sambil menimang-nimang bayinya yang mungil itu di depan istrinya. Pasangan suami-istri yang berbahagia itu pun memberi nama bayinya Roro Anteng, yang berarti seorang perempuan yang pendiam atau tenang. Nama yang mencerminkan sifat sang bayi. Di waktu yang hampir bersamaan, tidak jauh dari rumah Roro Anteng dilahirkan, juga lahir seorang bayi laki-laki dari pasangan suami-istri brahmana atau pendeta. Suara tangis bayi yang baru lahir itu sangat keras sehingga memecah kesunyian malam di lereng Gunung Bromo itu. Bayi itu tampak sehat dan montok. Oleh kedua orang tuanya, bayi itu diberi nama Joko Seger, yang berarti seorang laki-laki yang berbadan segar atau sehat. Seiring berjalannya waktu, kedua bayi itu pun tumbuh menjadi dewasa. Joko Seger tumbuh menjadi pemuda yang gagah dan tampan, sedangkan Roro Anteng tumbuh menjadi gadis yang cantik nan rupawan. Berita tentang kecantikan Roro Anteng pun tersebar hingga ke mana-mana dan menjadi pujaan setiap pemuda. Sudah banyak pemuda yang datang meminangnya, namun tak satu pun yang diterimanya. Rupanya, putri mantan Raja Majapahit itu telah menjalin hubungan kasih dengan Joko Seger dan cintanya tidak akan berpaling kepada orang lain. Apalagi ayahanda Roro Anteng, walaupun dari golongan bangsawan tapi bisa menerima Joko Seger yang bukan seorang bangsawan untuk menjadi calon menantunya. Namun kemudian muncul masalah, yaitu ketika akhirnya kabar tentang kecantikan Roro Anteng sampai ke telinga sesosok raksasa yang tinggal di hutan di sekitar lereng Gunung Bromo. Raksasa yang menyerupai badak itu bernama Kyai Bima. Ia sangat sakti dan kejam. Begitu mendengar kabar tersebut, Kyai Bima pun segera datang meminang Roro Anteng. Jika keinginannya tidak dituruti, maka ia akan membinasakan dusun itu dan seluruh isinya. Hal itulah yang membuat Roro Anteng dan keluarganya kebingungan untuk menolak pinangannya. Sementara Joko Seger pun tidak dapat berbuat apa-apa karena tidak mampu menandingi kesaktian raksasa itu. Setelah sejenak berpikir keras, akhirnya Roro Anteng menemukan sebuah cara untuk menolak pinangan Kyai Bima secara halus. Dia akan mengajukan satu persyaratan yang kira-kira tidak sanggup dipenuhi oleh raksasa itu. "Baiklah, Kyai Bima! Aku akan menerima pinanganmu, tapi kamu harus memenuhi satu syarat," ujar Roro Anteng. "Apakah syarat itu! Cepat katakan!" seru Kyai Bima dengan nada membentak. Mendengar seruan itu, Roro Anteng menjadi gugup. Namun, ia berusaha tetap bersikap tenang untuk menghilangkan rasa gugupnya. "Buatkan aku danau di atas Gunung Bromo itu! Jika kamu sanggup menyelesaikannya dalam waktu semalam, aku akan menerima pinanganmu," ujar Roro Anteng. Dengan penuh percaya diri dan berbekal kesaktian yang dimilikinya, Kyai Bima menyanggupi persyaratan itu dan menganggap bahwa persyaratan itu sangatlah mudah baginya. "Hanya itukah permintaanmu, wahai Roro Anteng?" tanya raksasa itu dengan nada angkuh. "Iya, hanya itu. Tapi ingat, danau itu harus selesai sebelum ayam berkokok!" seru Roro Anteng mengingatkan raksasa itu. Mendengar jawaban Roro Anteng, raksasa itu tertawa terbahak-bahak, lalu bergegas pergi ke puncak Gunung Bromo. Setibanya di sana, ia pun mulai mengeruk tanah dengan menggunakan batok tempurung kelapa yang sangat besar. Hanya beberapa kali kerukan, ia telah berhasil membuat lubang besar. Ia terus mengeruk tanah di atas gunung itu tanpa mengenal lelah. Roro Anteng pun mulai cemas. Ketika hari menjelang pagi, pembuatan danau itu hampir selesai, tinggal beberapa kali kerukan lagi. "Aduh, celakalah aku!" ucap Roro Anteng cemas, "raksasa itu benar-benar sakti. Apa yang harus kulakukan untuk menghentikan pekerjaannya?" Roro Anteng kembali berpikir keras. Akhirnya ia memutuskan untuk membangunkan seluruh keluarga dan tetangganya. Kaum laki-laki diperintahkan untuk membakar jerami, sedangkan kaum perempuan diperintahkan untuk menumbuk padi. Tak berapa lama kemudian, cahaya kemerah-merahan pun mulai tampak dari arah timur. Suara lesung terdengar bertalu-talu, dan kemudian disusul suara ayam jantan berkokok bersahut-sahutan. Mengetahui tanda-tanda datangnya waktu pagi tersebut, Kyai Bima tersentak kaget dan segera menghentikan pekerjaannya membuat danau yang sudah hampir selesai itu. "Sungguh sial!" seru raksasa itu dengan kesal, "rupanya hari sudah pagi. Aku gagal mempersunting Roro Anteng." Saat Kyai Bima meninggalkan puncak Gunung Bromo, tempurung kelapa yang masih dipegangnya segera dilemparkannya. Konon, tempurung kelapa itu jatuh tertelungkup dan kemudian menjelma menjadi sebuah gunung yang dinamakan Gunung Batok. Jalan yang dilalui raksasa itu menjadi sebuah sungai dan hingga kini masih terlihat di hutan pasir Gunung Batok. Sementara danau yang gagal dibuat oleh Kyai Bima sekarang dikenal dengan sebutan Segara Wedi atau lautan pasir yang masih bisa dikunjungi hingga kini di kawasan Gunung Bromo. Betapa senangnya hati Roro Anteng dan keluarganya melihat raksasa itu pergi. Tak berapa lama kemudian, Roro Anteng pun menikah dengan Joko Seger. Setelah itu, Joko Seger dan Roro Anteng membuka desa baru yang diberi nama Tengger. Nama desa itu diambil dari gabungan akhiran nama Anteng Teng dan Seger Ger. Mereka pun hidup berbahagia di sana. Di bawah kepemimpinan Joko Seger dan Roro Anteng, para penduduk hidup aman dan tenteram. Mereka menjauhi pengaruh luar. Namun, setelah sekian lama menikah, mereka belum juga dikaruniai seorang anak. Akhirnya, keduanya bersemedi di puncak Gunung Bromo. Mereka meminta kepada Dewata agar dikaruniai keturunan. Tidak lama kemudian terdengar suara gemuruh dan percikan api yang berasal dari dalam kepundan Gunung Bromo. "Istriku, dengarlah! Sepertinya Dewata mengabulkan permohonan kita. Terima kasih Dewata Yang Agung. Kelak anak bungsuku akan kupersembahkan untukmu sebagai ucapan terima kasihku," ucap Joko Tengger dengan senang hati. Karena terlalu senang, ucapan janji yang dikatakanya tidak dipikirkannya terlebih dahulu. Joko Seger yang terlalu gegabah tidak menyadari bahwa janjinya akan sulit dipenuhi. "Suamiku, apa yang kau ucapkan? Kita tidak akan mungkin tega mengorbankan anak kandung kita untuk dijadikan persembahan!" "Maafkan aku. Karena terlalu senang, aku tidak berpikir jernih ketika mengucapkannya. Tapi aku juga tidak bisa menarik kembali kata-kataku kepada Dewata. Dewata bisa marah kepada kita," katanya kembali. Tahun berganti tahun, keinginan Joko Seger dan Roro Anteng terkabul. Mereka akhirnya dikaruniai sepuluh orang anak. Setelah anak yang ke sepuluh, mereka tidak lagi dikaruniai anak. Oleh karena itu, anak ke sepuluh tersebut dianggap sebagai anak yang paling bungsu. Anak itu bernama Kesuma. Setelah sekian lama, anak-anak mereka tumbuh dewasa. Joko Seger dan Roro Anteng belum juga melaksanakan janji yang pernah diucapkan. Hidup mereka menjadi tidak tenang. Suatu hari, muncul peristiwa dahsyat yang mengejutkan seluruh penduduk Tengger. Gunung Bromo yang dikeramatkan meletus. Gunung tersebut mengeluarkan asap hitam dan lahar. Penduduk Tengger panik dan segera mengungsi. Hanya Joko Tengger dan keluarganya yang tetap bertahan di daerah itu. Meskipun mereka menyadari bahaya yang dapat menimpa, mereka mencoba bertahan. "Istriku, sepertinya Dewata benar-benar menagih janji kita," ucap Joko Seger lirih. Kegundahan suami istri itu menimbulkan pertanyaan dari anak-anak mereka. "Ada apakah gerangan ayah dan ibu sangat cemas? Jika mereka takut akan gunung meletus, pastinya mereka telah mengungsi sejak kemarin," pikir anak-anak mereka. Akhirnya Joko Seger dan Roro Anteng menceritakan kejadian beberapa tahun silam kepada anak-anaknya. Mendengar cerita itu, anak-anaknya sangat sedih. Karena untuk melaksanakan janji kedua orangtuanya, mereka harus kehilangan adik bungsunya. Namun, jika kedua orangtuanya tidak melaksanakan janji tersebut, Dewata pasti akan marah dapat mencelakai seluruh penduduk Tengger. Bagaikan makan buah simalakama, tidak seorang pun dari anak-anak mereka yang berani bicara. Tiba-tiba saja si bungsu Kesuma berkata, "Ayah, ibu, dan kakak-kakakku tercinta, relakan aku pergi. Semoga Dewata menerima pengorbananku." Tentu saja perkataannya membuat semua keluarga kaget dan sedih. Mereka tidak ingin kehilangan orang yang sangat mereka cintai. Tapi, janji harus ditepati demi ketenteraman rakyat Tengger. "Aku hanya berpesan kepada kalian agar mengingat kepergianku. Kirimlah hasil ladang dan ternak kalian ke kawah Bromo setiap terang bulan, tanggal 14 bulan Kasadha," ucap Kesuma. Setelah berpamitan kepada keluarganya, pergilah Kesuma ke puncak Gunung Bromo. Tidak ada rasa takut yang tampak dari wajahnya. Dengan berani, ia menceburkan diri ke dalam kawah Bromo. Setelah pengorbanan tersebut, Gunung Bromo tampak tenang. Mereka menganggap bahwa Dewata sudah tidak marah lagi. Semenjak kejadian itu, tradisi mengirim hasil ladang dan ternak ke dalam kawah Bromo masih tetap berlangsung sampai sekarang. Tradisi yang dilaksanakan tiap tahun pada bulan Jawa Asyuro Suro ini kemudian dinamakan Kasadha. Pesan moral Janji adalah utang. Oleh karena itu, jangan pernah mengucapkan janji yang tidak bisa kita tepati.
awal mula gunung bromo